Laman

Sabtu, 08 Oktober 2011

Meneladani Kerja Para Ulama di Bidang Informasi




By sabrul.jamil

kitab1.jpg
1. Pengantar
1.1. Apa yang dimaksud Bekerja di Bidang Informasi?
Hadits merupakan sumber hukum kedua bagi umat Islam. Kedudukannya begitu tinggi, karena merupakan panduan hidup setelah AlQuran. Selama ini kita mengenal hadits dalam bentuk kitab-kitab yang terjilid rapi, enak dibaca, dan mudah ditemukan di toko-toko buku. Namun mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa kitab-kitab tersebut dapat sampai ke tangan kita setelah melewati perjuangan dan kerja keras yang luar biasa.

Hadits, yang merupakan perbuatan dan perkataan nabi, atau perbuatan sahabat yang dikonfirmasi oleh nabi, sesungguhnya adalah kumpulan informasi. Informasi tersebut dapat sampai ke tangan kita setelah melewati proses seleksi yang ketat, melewati rangkaian manusia serta dari masa ke masa.
Proses seleksi tersebut menggunakan suatu metodologi, yang diterapkan dengan penuh disiplin. Dengan demikian, informasi yang sampai kepada kita dapat dikategorikan kualitasnya: shahih (valid), dhaif (lemah), atau bahkan maudlu (palsu, invalid).
Di samping itu, metodologi itu sendiri juga telah melewati berbagai ujian sepanjang masa. Ujian tersebut berupa serangan dan keragu-raguan yang dilakukan oleh orang-orang yang memang ingin meruntuhkan sendi-sendi ajaran Islam, maupun dari orang-orang Islam sendiri dengan berbagai motivasinya. Sepanjang sejarah, mulai dari masa para sahabat hingga saat ini, telah terjadi pertempuran yang tak kunjung henti antara pembela As Sunnah melawan musuh-musuhnya. Alhamdulillah, Allah senantiasa melahirkan para ulama yang mampu menjawab tantangan musuh-musuh tersebut.
Artikel berikut ini mencoba menampilkan secara singkat metodologi yang diterapkan para ulama dalam menjaga ‘kualitas informasi’ hadits, sehingga umat dapat meyakininya sebagai sandaran hukum dan panduan dalam menjalani hidup.
1.2. Mengapa artikel ini ditulis?
Artikel ini lahir dari kecintaan Penulis terhadap As Sunnah, dan kekaguman Penulis terhadap para ulama terdahulu dan kontemporer, yang telah mencurahkan upaya yang luar biasa dalam menjaga warisan berharga bagi umat ini.
Semangat dari para ulama terdahulu dan kontemporer dalam bekerja di bidang informasi, dalam hal ini menjaga informasi yang mulia yang datangnya dari Rasulullah Saw, merupakan sesuatu sungguh sepatutnya ditiru. Minimal kita dapat meneladani etos kerja mereka, lebih-lebih kecanggihan metode yang mereka gunakan.
1.3. Siapakah yang perlu membaca artikel ini?
Sebagai seorang pekerja Teknologi Informasi (TI), Penulis ingin membagi kecintaan dan kekaguman ini kepada sesama pekerja TI dan saudara muslim lainnya. Mudah-mudahan, semangat para ulama terdahulu dan kontemporer dapat mengilhami kerja-kerja kita, dan dapat memicu semangat kita untuk memberikan sumbangan yang unik bagi da’wah islamiyah.
2. Mengenal Istilah-istilah dalam Ilmu Hadits
2.1. Pengertian Hadits
Secara bahasa, kata hadits berarti baru. Arti ini dimaksudkan sebagai lawan dari kata Qadim (lama, lalu) yang menjadi sifat dari kalam Allah. Secara istilah, hadits atau sunnah adalah hal-hal yang berasal dari nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, maupun sifat-sifat beliau. Sifat-sifat tersebut baik fisik, moral, maupun prilaku.
2.2. Istilah dalam transimisi hadits
2.2.1. Sanad
Jalur atau sistem penyampaian berita dengan menyebutkan narasumbernya disebut isnad, yang secara kebahasaan berarti menyandarkan. Karena begitu luhurnya nilai sanad, maka para ulama mengatakan bahwa pemakaian sanad itu merupakan simbol umat Islam. Bahkan Imam Abdullah bin al-Mubarak berkata, “Sistem sanad ini merupakan bagian dari agama Islam. Tanpa adanya sistem sanad, setiap orang dapat mengatakan apa yang dikehendakinya.”
2.2.2. Rawi
Rawi adalah narasumber berita dalam rantai sanad. Rawi merupakan salah satu studi terpenting dalam studi sanad, karena darinya dapat dievaluasi positif atau negatifnya suatu hadits. Ilmu yang mempelajari rawi disebut Ilm al-Jarh wa al-Ta’dil. Ilmu tersebut mengupas karakteristik masing-masing rawi, apakah ia seorang yang bertaqwa, jujur, kuat ingatannya dan sebagainya, atau ia seorang yang suka berbuat maksiat, pelupa, pendusta, dan sebagainya.
2.2.3. Matan
Isi atau materi dari suatu hadits.
2.2.4. Marfu’
Hadits yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah

2.2.5. Mauquf
Hadits yang sanadnya bersambung sampai Sahabat
2.2.6. Mutawatir

Hadits yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang banyak jumlahnya secara berturut-turut dalam setiap jenjangnya. Jumlah rawi-rawi tersebut, menurut sebagian besar ulama, dalam setiap jenjang tidak kurang dari sepuluh orang.

2.2.7. Ahad

Hadits yang diriwayatkan dari Nabi Saw oleh satu orang sahabat atau lebih, kemudian dari mereka Hadist itu diriwayatkan oleh satu orang tabi’in atau lebih, dan demikianlah seterusnya, namun jumlah mereka dalam setiap jenjangnya tidak mencapai jumlah yang ditentukan dalam hadits mutawatir.

2.3. Istilah dalam kualitas hadits

2.3.1. Shahih

Hadits dinyatakan shahih manakala memiliki kriteria berikut: Pertama. Sanadnya bersambung sampai Rasulullah. Kedua, sanadnya terdiri dari perawi yang bertaqwa dan kuat ingatannya.

2.3.2. Hasan

Hasan berarti baik. Derajatnya dibawah shahih.

2.3.3. Dhaif

Dhaif berarti lemah. Suatu hadits dinyatakan lemah apabila pada jalur sanadnya ditemukan perawi yang tidak dipercaya.
2.3.4. Maudlu

Maudlu berarti palsu. Dengan sendirinya tidak dapat dianggap hadits.

2.3.5. Muttafaqun Alaihi

Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Dari berbagai istilah tersebut, kita dapat memperkirakan bahwa para sahabat dan ulama-ulama sesudahnya telah menyiapkan sejumlah metode agar hadits yang mengalir dari masa Rasulullah dapat tetap terjaga.
Perlu diketahui, sebelum terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, para sahabat tidak terlalu mempersoalkan apabila ada orang yang mengaku mendengar sesuatu dari nabi. Namun setelah terjadi fitnah besar semenjak terbunuhnya khalifah Utsman, orang mulai berhati-hati dalam menerima informasi. Sebab, banyak kelompok dan kepentingan yang tidak segan-segan menggunakan nama nabi untuk membela kepentingannya. Untuk itulah para sahabat terdekat nabi mulai mempertanyakan setiap kali menerima informasi yang diakui berasal dari nabi. Mereka merunut setiap hadits yang mereka dengar, dan meminta orang yang menyampaikan hadits tadi untuk menghadirkan saksi yang dapat dipercaya.
Perlahan-lahan, metode tadi berkembang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri. Betapapun, para pakar ilmu-ilmu hadits menilai bahwa abad pertama hijriah merupakan periode pertumbuhan ilmu-ilmu hadits. Sementara sejak abad kedua sampai abad ketiga dinilai sebagai periode penyempurnaan. Sedang masa berikutnya, sejak awal abad ketiga sampai pertengahan abad keempat merupakan masa pembukuan. Pada masa ini para ahli hadits mulai membukukan ilmu-ilmu hadits. Misalnya, Yahya bin Ma’in menulis Tarikh al-Rijal (Sejarah Para Rawi), Ahmad bin Hanbal menulis al-‘Ilal wa Ma’rifah al-Rijal (Cacat-cacat Hadits dan Mengetahui Para Rawi).
Sungguh mengagumkan dan luar biasa karya-karya ilmiah dan warisan intelektual mereka. Semua itu mereka lakukan dalam rangka seleksi hadits, agar dapat dikeluarkan hadits-hadits yang palsu dari yang shahih.
3. Metodologi Pengumpulan Hadits
3.1. Kapankah hadits pertama kali ditulis?

Ada beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa hadits sudah mulai ditulis sejak masa Rasulullah. Meski mayoritas bangsa Arab waktu itu masih buta huruf, namun beberapa orang sahabat telah memiliki kemampuan tulis menulis. Misalnya sahabat Ali bin Abi Thalib memiliki shahifah (buku) yang selalu beliau ikatkan di pedangnya. Shahifah ini berisi hadits-hadits nabawi tentang hukum pidana, zakat, dan sebagainya. Sahabat nabi Abdullah bin Mas’ud juga mempunyai kitab hadits yang beliau tulis dengan tangan beliau sendiri. Begitu pula sahabat lain seperti Sa’ad bin Ubadah, Abu Rafi’, Asma binti Umais, Samurah bin Jundub, Abdullah bin Umar, dan Jarir bin Abdullah.
3.2. Metodologi Pembukuan Hadits

3.2.1. Metode Juz’ dan Atraf

Ini termasuk metode paling awal yang digunakan dalam mengelompokkan hadits. Metode Juz berarti mengumpulkan hadits berdasarkan guru yang meriwayatkan hadits kepada penulis kitab hadits. Metode atraf adalah pembukaan hadits dengan menyebutkan pangkalnya saja sebagai penunjuk matan hadits selengkapnya.

3.2.2. Metode Muwatta’

Secara kebahasaan muwatta berarti sesuatu yang dimudahkan. Sedangkan secara istilah ilmu hadits, muwatta adalah metode pembukuan hadits berdasarkan klasifikasi hukum Islam, dan mencantumkan hadits-hadits marfu, mauquf, dan maqtu.

3.2.3. Metode Mushannaf

Secara kebahasaan mushannaf berarti sesuatu yang disusun, namun secara istilah sama artinya dengan muwatta’.

3.2.4. Metode Musnad

Metode ini menglasifikasikan hadits berdasarkan nama para sahabat yang meriwayatkan hadits itu.

3.2.5. Metode Jami’

Jami’ berarti sesuatu yang mengumpulkan, menggabungkan, dan mencakup. Kitab Jami’ adalah kitab hadits yang metode penyusunannya mencakup seluruh topik-topik dalam agama, baik aqidah, hukum, adab, tafsir, manaqib, dan lain-lain.

3.2.6. Metode Mustakhraj

Manakala penyusunan kitab hadits berdasarkan penulisan kembali hadits-hadits yang terdapat dalam kitab lain, kemudian penulis kitab yang pertama tadi mencantumkan sanad dari dia sendiri, maka metode ini disebut mustakhraj.

3.2.7. Metode Sunan

Kata ‘sunan’ adalah bentuk jamak dari kata sunnah, yang pengertiannya sama dengan hadits. Sementara yang dimaksud di sini adalah metode penyusunan berdasarkan klasifikasi hukum-hukum Islam (abwab fiqhiyah), dan hanya mencantumkan hadits-hadits marfu’. Ini yang membedakan dengan metode mushannaf dan muwatta yang juga banyak mencantumkan hadits-hadits mauquf dan maqtu’.

3.2.8. Metode Mustadrak

Adakalanya penyusunan kitab hadits berdasarkan menyusulkan (append) hadits-hadits yang tidak tercantum dalam suatu kitab hadits yang lain. Namun dalam menuliskan hadits-hadits susulan tersebut penulis kitab tadi mengikuti persyaratan periwayatan hadits yang dipakai oleh kitab yang lain tersebut.

3.2.9. Metode Mu’jam

Metode ini mengumpulkan hadits berdasarkan nama-nama para sahabat, guru-guru hadits, negeri-negeri, atau yang lain. Dan lazimnya nama-nama itu disusun berdasarkan huruf mu’jam (alfabet).
Kesembilan metode di atas merupakan metode yang lahir sejak dini, dimulai dari masa para sahabat.

3.2.10. Metode Majma’

Metode ini merupakan terobosan yang dilakukan semenjak kira-kira abad kelima hijri. Pada metode ini, penulis hadits menggabungkan kitab-kitab hadits yang sudah ada.

3.2.11. Metode Zawaid

Sebuah hadits terkadang ditulis oleh sejumlah penulis hadits secara bersama-sama dalam kitab mereka. Ada pula hadits yang hanya ditulis oleh seorang penulis hadits saja, sementara penulis hadits yang lain tidak menuliskannya. Maka hadits-hadits jenis kedua ini menjadi lahan penelitian para pakar hadits yang datang kemudian. Hadits-hadits ini kemudian dihimpunnya dalam suatu kitab tersendiri. Metode penulisan ini disebut zawaid yang berarti tambahan-tambahan.
4. Beberapa Ibroh

4.1. Bekerja secara kolektif dan antargenerasi

Kalau kita perhatikan istilah dan metode yang digunakan oleh para sahabat dan ulama terdahulu, kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah hadits adalah pekerjaan kolektif, dan juga merupakan kerja antargenerasi. Dapat dikatakan, para sahabat sukses membina murid-murid mereka (para tabi’in), demikian pula para tabi’in, sukses membina para tabi’it tabi’in, dan demikian seterusnya.

Islam memang menekankan kerja kolektif (amal jama’iy). Hendaknya mereka yang mencintai Islam dan ingin menebarkan sinarnya ke penjuru dunia meneladani cara kerja ini. Bahkan lebih dari itu, para pendahulu kita menekankan betul kaderisasi.
4.2. Penggunaan teknologi terkini

Teknologi terbaik yang dapat digunakan dalam memelihara hadits pada masa nabi adalah menuliskannya di pelepah-pelepah kurma, potongan-potongan kulit binatang, dan benda-benda lain yang ada pada waktu itu. Setelah kaum muslimin membebaskan Mesir, barulah para ulama mengenal kertas.

Sementara itu, sebagian besar sahabat adalah orang-orang tidak bisa baca tulis. Hanya sebagian kecil yang dapat bacat tulis, yang kemudian memiliki kesadaran untuk menuliskan hadits.

Kalau kita analogikan dengan jaman sekarang, sebagian besar bangsa kita adalah orang-orang yang tidak ‘melek’ TI. Hanya segelintir muslim yang memiliki penguasaan TI yang baik.
Spirit yang dapat diambil, setidaknya, harus ada sebagian dari umat ini yang terus menerus meningkatkan kemampuan dan menguasai teknologi terkini. Selain itu, belajar dari pendahulu kita, semestinya kita mampu mengambil suatu peran nyata yang unik, yang sesuai dengan bidang kemampuan kita.
4.3. Ketekunan dan Kreatifitas dalam metode pengklasifikasian hadits

Sebagaimana telah disampaikan di atas, para ulama memiliki ketekunan dan kreatifitas yang luar biasa dalam mengklasifikasikan hadits. Padahal cara yang dilakukan sangat manual. Diperlukan waktu yang tentu saja tidak singkat untuk menelusuri ribuan hadits dan kemudian mengelompokkannya sesuai dengan kategorinya, dan menuliskannya kembali.

Pada saat ini, persoalan mengelompokkan bisa diselesaikan hanya dengan menjalankan sejumlah query. Merupakan tantangan besar bagi kita untuk memberikan sesuatu yang baru bagi umat ini, dengan limpahan kemudahan yang Allah berikan kepada kita.

Mungkin perlu dipertimbangkan pengembangan kerja sama antara ulama-ulama yang menguasai ilmu-ilmu keislaman dengan para pekerja TI, sehingga berbagai khazanah keislaman dapat lebih ternikmati.
4.4. Penghargaan terhadap warisan intelektual

Kecintaan para ulama terhadap ilmu tidak diragukan lagi. Ekspresinya bukan hanya lewat penyerapan warisan intelektual, namun juga lewat lahirnya berbagai karya baru dan terobosan intelektual.

Umat Islam saat ini sesungguhnya memiliki lebih banyak fasilitas yang memudahkan dibandingkan para generasi awal. Jika saat ini kita belum mampu melahirkan karya-karya berarti, agaknya hal itu lebih disebabkan kelalaian kita sendiri.
Penulis mengajak kepada diri sendiri dan para pembaca untuk selalu bertanya kepada diri sendiri, apa yang bisa kita sumbangkan bagi kemajuan umat ini. Sesungguhnya nilai kita di mata Allah adalah sejauh mana kita sudah bermanfaat bagi orang lain.
Wallahu a’lam bishshowwab
Referensi: 
1. Kritik Hadits, Ali Mustafa Ya'qub

PERAN GURU DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


Oleh M. Sobry Sutikno

Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. - M. Sobry Sutikno -


Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

*Penulis adalah Direktur Eksekutif YNTP for research and Development Kabupaten Sumbawa Barat – NTB (Tode Dasan, Desa Dasan Anyar, Kecamatan Jereweh, KSB)

Kamis, 06 Oktober 2011

Nasihat dari Siswa untuk Guru


Nasihat dari Siswa untuk Guru

Seorang guru pasti merasa sedih bila ada siswa tidak memperhatikannya saat mengajar. Dia merasa tidak dihargai oleh siswanya karena saat dia mengajar siswanya malah asyik mengobrol atau bermain dengan temannya. Bahkan karena sebab itu ada beberapa oknum guru yang tega melakukan kekerasan fisik maupun psikologis kepada anak didiknya. Apa benar tindakan yang dilakukan guru itu?
Eits, tunggu dulu. Seorang guru tidak mungkin jadi guru jika dia tidak sekolah. Jadi tentu saja seorang guru pernah merasakan suka dukanya menjadi seorang siswa. Seorang guru tentu saja pernah merasakan apa yang dialami oleh siswanya.
Apa anda (seorang guru) pernah merasa bosan mengikuti pelajaran saat anda dulu menjadi siswa? Saya rasa anda pasti sudah pernah merasakannya. Jika bosan mendengar guru yang sedang mengajar di depan kelas ada banyak pilihan kegiatan yang dapat siswa lakukan, antara lain mengobrol dengan teman sebangku, menjahili teman lain, makan, tidur, ataupun pergi meninggalkan kelas secara diam-diam. Itu semua perilaku “wajar” yang dialami oleh siswa-siswa sekolah diseluruh dunia.
Jadi apa hal tersebut harus dibiarkan begitu saja? Ya jangan dong. Begini ya Pak/Bu guru. Siswa-siswa anda itu tidak senang bila terus-terusan diceramahi. Ceramah yang dilakukan dari jam pertama sampai jam terakhir tentu saja membuat siswa bosan. Oleh karena itu buatlah kegiatan yang menarik saat pembelajaran, contohnya bermain dengan siswa, tebak-tebakan, atau mengadakan lomba saat pelajaran.
Tidak hanya itu Pak/Bu guru, siswa sekali-kali juga pingin lho ngomong di depan kelas. Jadi ada baiknya jika sekali-kali mereka yang jadi “guru”. Memang sih pada awalnya mereka akan malu-malu, tapi lama kelamaan pasti mereka tambah berani dan percaya diri.
Begitu lho Pak/Bu guru. Eh kok malah saya yang jadi nyeramahin Bapak/Ibu guru ya?
Ya sudah. Sekian saja surat dari saya ya. Semoga bertemu lagi…

Sabtu, 24 September 2011

Sejarah Bimbel Nurul Fikri

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, kebutuhan akan manusia-manusia cerdas, terampil dan mandiri, tidak dapat tidak harus terpenuhi. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari sebuah perubahan ke arah kemajuan. ”Iklim” yang nyaris sama di seluruh belahan dunia akibat globalisai informasi mengakibatkan kebutuhan akan manusia-manusia unggul semakin mendesak. Namun, manusia yang semata-mata cerdas terampil dan mandiri saja tidak menjamin akan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam kehidupan. Tanpa pembekalan iman dan takwa kepada Alloh SWT, manusia-manusia yang menguasai IPTEK tersebut justru akan mengarahkan peradaban umat manusia ke lembah kehancuran.

Manusia yang cerdas, terampil dan mandiri sekaligus beriman dan bertakwa tidak muncul dengan sendirinya. Kehadirannya harus direkayasa dengan sengaja. Untuk itu, upaya-upaya yang tepat dan berkesinambungan mutlak dilakukan.

Bertolak dari pemikiran itu, Nurul Fikri berupaya berkiprah membangun sejumlah institusi pendidikan yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan ummat dalam menyongsong masa depan yang gemilang sehingga predikat Khairu Ummah (ummat terbaik) dan Rahmatan lil ’Alamin (Rahmat bagi semesta alam) dapat diraih.

MISI NURUL FIKRI

1. Membantu para pelajar untuk memperoleh kesempatan guna melanjutkan studi di perguruan tinggi negeri (PTN) dengan biaya yang relatif terjangkau.
2. Mewujudkan sarana dan fasilitas pendidikan yang baik yang mampu menunjang aktifitas pendidikan yang telah direncanakan sehingga dapat mencetak lulusan yang berkualitas.
3. Menyediakan sarana-sarana yang menunjang kesejahteraan umat pada umumnya, terutama dari segi pendidikan.
4. Mencetak pribadi-pribadi yang memiliki pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap ajaran Islam, wawasan berfikir yang luas, cerdas, kreatif, inovatif ditunjang semangat belajar yang tinggi.
5. Menjadi media bagi penyebarluasan idealisme Islam di kalangan masyarakat akademisi, intelektual dan masyarakat luas.

SEJARAH SINGKAT BIMBINGAN DAN KONSULTASI BELAJAR NURUL FIKRI

Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri (BKB NF) merupakan salah satu institusi pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri. BKB Nurul Fikri dirintis sejak tahun 1985 oleh sekumpulan mahasiswa dan sarjana muslim Universitas Indonesia yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kondisi umat saat itu. Mereka kemudian saling bertukar fikiran mencari bentuk amal nyata yang dapat disumbangkan. Tercetuslah ide untuk menyelenggarakan suatu aktifitas yang sesuai dengan potensi yang mereka miliki, yaitu membuat lembaga bimbingan belajar.

Untuk pertama kalinya Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri menyelenggarakan aktifitasnya di Jl. Kenari Jakarta pusat. Waktu itu jumlah siswanya hanya 35 orang, khusus bimbingan untuk menghadapi SPMB (dulu dikenal dengan sebutan SIPENMARU). Dari 35 siswa tersebut semuanya diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit, dua diantaranya masuk sekolah kedinasan.

Keberhasilan ini memicu para perintis untuk lebih serius mengelola lembaga yang mereka dirikan. Kini, Nurul Fikri sudah memiliki 50 cabang yang tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi, dengan jumlah siswa sekitar 20 ribuan dari berbagai jenjang, mulai 5 SD hingga kelas alumni SLTA. Di Sumatera, NF berdiri tahun 2003 tepatnya di Padang (Sumatera Barat) yang dikelola oleh tenaga-tenaga profesional di dunia perbimbelan yang mayoritas adalah alumni-alumni UI. Kepercayaan siswa-siswi bergabung di Nurul Fikri Cabang Padang bertambah seiring perjalanan waktu, dari tahun pertama berdirinya (2003) sebanyak 350 siswa/i hingga kini mencapai 2300an. Dengan tingkat kelulusan selalu diatas 56%. Bahkan lulusan untuk PTN favorit makin bertambah jumlahnya. Begitu pula kepercayaan sekolah-sekolah untuk kerjasama dalam pelatihan guru setiap mendekati pelaksanaan belajar tambahan jelang UN. Saat ini di Padang, NF tersebar dalam empat lokasi yaitu Lokasi Belakang Olo, Ratulangi, Rohana Kudus dan Veteran dengan suasana belajar yang nyaman.

Sejak awal berdirinya, Nurul Fikri telah membuktikan diri untuk tetap komitmen mewujudkan prestasi dalam setiap jenjang pendidikan. Nurul Fikri sebagai bimbingan belajar tidak hanya memberikan pengetahuan akademis semata, melainkan turut membimbing serta membina para siswa menjadi generasi unggul, Insya Allah.

Tersedianya SDM yang handal dan perangkat pendukung yang canggih merupakan jaminan mendapatkan mutu yang berbasis pada :
• Pedagogis bukan retorika
• Informasi bukan issue
• Substansi bukan kosmetika
• Data bukan rekaan

Selain jumlah perkembangan jumlah siswa yang cukup pesat, BKB Nurul Fikri juga telah berhasil mencatat prestasi yang menggembirakan dalam membantu siswa menembus berbagai PTN favorit melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) maupun non SPMB.

PENGAJAR

Para staf pengajar Nurul Fikri adalah pengajar-pengajar yang handal dan berpengalaman, terdiri dari sarjana dan mahasiswa yang memiliki prestasi, baik dari ITB, UI, UGM, UNPAD, UNJ, UPI dan PTN favorit lainnya di samping beberapa staf pengajar yang telah / sedang menyelesaikan program pasca sarjana di ITB, UI, UGM dan PTN lainnya.

MODUL BELAJAR

Dengan pengalaman ribuan jam mengajar di kelas selama bertahun-tahun yang dimiliki tim penyusun modul belajar serta dukungan software pengujian dan analisis mutakhir, maka lahirlah modul belajar BKB Nurul Fikri yang bermutu, sistematis dan handal.

PROGRAM BKB NURUL FIKRI

1. Program Reguler, semester 1 dan semester 2.
Program ini diperuntukan bagi siswa siswi yang menduduki jenjang kelas :
• 5 dan 6 SD
• 1,2, dan 3 SLTP
• 1, 2, dan 3 SMA
Sasaran program ini adalah :
- Penguasaan konsep dasar materi pelajaran di sekolah
- Pemantapan dan peningkatan prestasi akademik
- Persiapan ulangan umum semester
- Persiapan dini penjurusan (kelas 1 SMA)
- Persiapan dini UAS dan UAN dan SPMB untuk kelas 3 SMA.

2. Program RONIN
Program Ronin adalah program khusus yang dikembangkan BKB Nurul Fikri bagi alumni SLTA yang ingin meraih sukses di SPMB. Melalui program RONIN, siswa-siswi mendapat bimbingan dan pengarahan sejak dini untuk menguasai dan memahami konsep-konsep dasar materi SPMB. Mereka juga dilatih secara intensif untuk menguasai soal-soal tipe SPMB sehingga kemampuan dan daya saing yang mereka miliki semakin bertambah, dan mereka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses di SPMB.

3. Program INTENSIF
Program intensif merupakan program persiapan total dalam menghadapi SPMB. Para siswa diberikan latihan ribuan soal tipe SPMB secara intensif. Waktu pelaksanaanya tiga hari setelah Ujian Nasional (UN) hingga tiga hari sebelum SPMB.

CIRI KHAS BKB NURUL FIKRI

A. Konsep Dasar
BKB Nurul Fikri bukan sekedar bimbingan tes yang mengajarkan berbagai trik mengerjakan soal dengan cepat dan mudah kepada para siswanya. BKB Nurul Fikri berupaya memberikan pemahaman konsep dasar yang tepat dan lengkap, dengan mengembangkan suatu metoda praktis yang mencoba mentranformasikan penguasaan konsep pelajaran ke dalam perilaku siswa agar mampu menyelesaikan soal-soal secara sistematis dengan hasil akhir :
a). Tahu dari mana harus menyelesaikan soal.
b). Berinisiatif.
c). Menyenangi.
d). Mampu dan mengetahui kapan menggunakan rumus-rumus umum dan kapan pula menggunakan rumus praktis.
e). Melekat, sehingga mendukung proses belajar pada jenjang yang lebih tinggi.

Karena konsepnya adalah pembentukan perilaku, maka hasil yang optimal ditentukan oleh faktor waktu lamanya berinteraksi. Dengan demikian semakin dini bergabung BKB Nurul Fikri diharapkan hasilnya akan semakin baik.

B. Pembinaan Kepribadian Muslim
BKB Nurul Fikri tidak puas sekedar memberikan bekal intelektual kepada para siswanya. BKB Nurul Fikri berusaha melakukan pembinaan kepribadian muslim yang ditekankan pada pembentukan akhlaqul karimah. Materi-materi terkait diberikan kepada para siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Topik-topik bimbingan diantaranya :
a). Mengenal Allah
b). Mengenal Rasul
c). Mengenal Islam
d). Mengenal hakekat diri.
e). Mengenal hakekat kehidupan.
f). Akhlak terhadap orang tua.
g). Akhlak terhadap guru.
h). Dinamika kelompok.
i). Kreativitas
j). Gaya belajar.
k). Alternatif pendidikan setelah SLTP
l). Alternatif pendidikan setelah SLTA
m). Informasi Nilai Nasional dan Matriks Bantu Pemilihan Jurusan (MBPJ)
n). Informasi jurusan-jurusan di Perguruan Tinggi
o). Bimbingan dan konseling lainnya.

Topik-topik bimbingan tersebut disampaikan dalam kegiatan tatap muka di kelas melalui sesi Bimbingan dan Informasi Pendidikan (BIP) yang dikelola oleh sejumlah sarjana Psikologi dan didukung oleh tenaga pengajar dari berbagai disiplin ilmu yang lain. Selain itu, BKB Nurul Fikri juga berupaya untuk menciptakan suasana Islami selama berlangsungnya proses belajar mengajar.

C. Biaya yang Terjangkau
BKB Nurul Fikri dikelola berdasarkan motivasi amal Islami, bukan bisnis semata, sehingga sama sekali tidak ada pretensi untuk memberatkan para siswa dengan menuntut biaya yang tinggi. Biaya yang dikenakan oleh BKB Nurul Fikri Insya Alloh reasonable dan terjangkau oleh masyarakat dari berbagai tingkat ekonomi, karena kami memang berharap bahwa pelayanan yang disediakan BKB Nurul Fikri dapat dinikmati oleh kalangan seluas mungkin.

D. Pengolahan Nilai Try Out SPMB
Dalam setiap Try Out SPMB yang dilakukan di BKB Nurul Fikri, baik pada program reguler maupun program intensif, nilai peserta akan diolah dengan menggunakan sistem penghitungan Nilai Nasional seperti di SPMB asli. Hasil penghitungan Nilai Nasional tersebut nantinya dapat dipergunakan siswa untuk memilih jurusan yang sesuai dengan nilai yang mereka peroleh melalui MBPJ (Matriks Bantu Pemilihan Jurusan) yang merupakan paduan praktis bagi siswa untuk memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuan mereka.

E. Kemitraan yang Harmonis dengan Sekolah
Kami sadar, keberhasilan para siswa dalam menempuh UAN (Ujian Akhir Nasional), SPMB, USM dan lain-lain, bukanlah berkat keberadaan kami semata. Para guru di sekolah mendidik para siswa 6 hari sepekan, setiap hari lebih dari 6 jam. Sementara para siswa tersebut bersama BKB Nurul Fikri hanya 2 hari sepekan, setiap harinya 3 jam. Maka hubungan yang harmonis antara BKB Nurul Fikri dengan sekolah merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan para siswa.

SISTEM EVALUASI DAN PELAPORAN

1. TES FORMATIF (TF) dan TES HARIAN (TH)
Yaitu sajian tes yang harus dikerjakan oleh siswa untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang telah disampaikan pada setiap pertemuan.

2. KUIS
Yaitu tes yang diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap sejumlah pokok bahasan yang telah disampaikan.

3. TES EVALUASI (TE) dan TRY OUT (TO)
Yaitu ramuan tes yang mengandung sejumlah pelajaran yang akan diujikan pada tes-tes yang diselenggarakan oleh sekolah. Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa sekaligus membantu siswa dalam menghadapi tes-tes di sekolah maupun SPMB.

4. PROBLEM SET
Yaitu kumpulan soal yang telah dibukukan yang harus dikerjakan di rumah oleh para siswa dan dilaporkan hasilnya ke BKB Nurul Fikri. Pemberian PS ini dimaksudkan agar siswa terbiasa belajar rutin dan ulet.

5. RAPOR STANDAR
Selama belajar di BKB Nurul Fikri, siswa akan mendpatkan nilai dari tes-tes yang diberikan, hasilnya lalu dirangking dengan siswa BKB Nurul Fikri seluruh cabang / secara nasional. Selanjuatnya, agar lebih mudah melakukan kontrol, nilai tersebut dilaporkan secara rutin dalam bentuk RAPOR STANDAR. Rapor ini dibuat menyerupai rapor di sekolah. Bedanya, nilai siswa tidak dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas melainkan dibandingkan dengan nilai standar yang ditetapkan BKB Nurul Fikri. Dengan demikian kemajuan belajar siswa selama di BKB Nurul Fikri dapat dicermati dari tes ke tes, dan dari semester ke semester.

6. PERANGKAT KOREKSI
Untuk dapat menilai hasil-hasil tes yang diikuti oleh siswa, maka tes tersebut selanjutnya diolah dengan dukungan Mesin OpScan, sistem komputerisasi dan Software pendidikan mutakhir.

KERJASAMA

Dalam rangka menjalin silaturahmi dengan lembaga-lembaga lain, BKB Nurul Fikri telah menjalin hubungan baik dengan beberapa sekolah / lembaga, baik swasta maupun negeri dalam berbagai hal seperti : Layanan Presentasi Informasi Pendidikan (LPIP) ke sekolah-sekolah, kerja sama kemitraan Bimbingan Belajar dengan sejumlah sekolah, mensponsori berbagai kegiatan pendidikan dan ilmiah yang diselenggarakan oleh sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, dan lain-lain.